Apr 21, 2015

Awal mula konferensi Asia-Afrika di adakan



Pangeran Norodom Sihanouk dari Kamboja dan anggota delegasinya berjalan kaki dari Hotel Savoy Homann, tempat mereka menginap, menuju Gedung Merdeka, tempat Konferensi Asia Afrika diselenggarakan 18-20 April 1955. Pangeran Norodom Sihanouk adalah salah satu kepala pemerintahan yang hadir di KAA. Selain Sihanouk, juga hadir Perdana Menteri Tiongkok Chou En Lai, PM Burma (kini, Myanmar) U Nu, PM India Jawaharlal Nehru, PM Pakistan Muhamad Ali Bogra, PM Sri Lanka Sir John Kotelawala, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, dan PM Vietnam Utara Pham Van Dong.

Ada 29 negara dan 1 utusan mengirim delegasi ke KAA, yakni 28 peserta, 1 peninjau (Siprus), dan satu utusan (Jerusalem Palestina). Ke-28 negara lain, Afganistan, Arab Saudi, Burma, Etiopia, Filipina, India, Indonesia, Iran, Irak, Jepang, Jordania, Kamboja, Laos, Lebanon, Liberia, Mesir, Nepal, Pakistan, Pantai Emas (kini, Ghana), Tiongkok, Sri Lanka, Sudan, Suriah, Thailand, Turki, Vietnam Selatan, Vietnam Utara, dan Yaman.

Tidak tanggung-tanggung, ada ratusan tamu asing yang tiba di Bandar Udara Kemayoran, Jakarta, dan kemudian menuju ke Bandung melalui jalan darat untuk mengikuti KAA. Total tamu yang hadir di Bandung jumlahnya sekitar 1.500 orang, dan mereka akan ditempatkan di 14 hotel besar dan 31 bungalo di sepanjang Jalan Cipaganti, Jalan Lembang, dan Jalan Ciumbuleuit. Hampir semua kepala pemerintahan menginap di bungalo, kecuali beberapa yang memilih menginap di Hotel Savoy Homann. KAA diliput 377 wartawan, dari dalam dan luar negeri. Mereka diinapkan di Hotel Swarha Islamic di pojok Alun-alun Bandung.

Presiden Soekarno turun sendiri untuk mengecek persiapan penyelenggaraan KAA. Ia bahkan menentukan makanan apa saja yang disajikan kepada para tamu KAA. Ia menginginkan para tamu disuguhi makanan khas Indonesia, seperti soto, sate, dan gado-gado. Dan, juga makanan ringan, seperti klepon, pukis, lemper, kue lapis, dan cendol.

Untuk memberikan layanan telekomunikasi yang maksimal, jaringan telepon, telegram, dan pos ditingkatkan pelayanannya. Kemampuan pengiriman telegram ditingkatkan hingga 100.000-200.000 kata per hari. Pimpinan Pos, Telepon, dan Telegram bekerja ekstra keras.

Bukan itu saja, juga disediakan 145 sedan, termasuk Plymouth Belvedere dan Opel Kapitan keluaran tahun 1954, 30 taksi, 20 bus, dan 230 sopir untuk melayani keperluan para peserta dan wartawan. Bahan bakar minyak (BBM) yang diperlukan setiap hari 30 ton, dan stok untuk 5 hari sebanyak 175 ton. Perusahaan minyak Stanvac berjanji akan menyediakan semua keperluan itu. Bahkan Stanvac juga menyiapkan instalasi minyak di Cirebon yang dapat menyimpan 800.000 liter BBM (setara hampir 800 ton). Itu belum semua, di Bandung dibangun empat stasiun pengisian bahan bakar minyak untuk umum (SPBU) tambahan.

Menyiapkan semua itu pada saat ini mungkin tidak ada artinya, tetapi 60 tahun yang lalu, itu adalah suatu pekerjaan yang sangat besar, yang hampir mustahil dilakukan. Aparat keamanan yang diturunkan untuk mengamankan KAA jumlahnya mencapai 1.700 orang.

Ada hal yang menarik tentang penyelenggaraan KAA, yang dikisahkan Dr Roeslan Abdulgani, dalam bukunya yang berjudul The Bandung Connection: Konperensi Asia Afrika di Bandung Tahun 1955. Pada tahun 1955, Roeslan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri dan memimpin Sekretariat Bersama Penyelenggaraan KAA.

Ketika sidang pleno diistirahatkan pada pukul 13.00, dan akan dilanjutkan kembali pukul 15.00, hujan turun dengan amat derasnya. Ruang sidang pleno bocor, air membasahi kursi dan meja yang diperuntukkan bagi para menteri dan pejabat-pejabat tinggi serta menggenang di lantai. Ada dua hal yang menguntungkan, yaitu para delegasi sudah meninggalkan ruang sidang dan pada pukul 14.00 hujan berhenti. Pintu ruang sidang pun langsung dikunci dan Roeslan langsung memimpin sendiri petugas-petugas di tempat itu untuk mengeringkan meja, kursi, dan lantai yang tergenang air. Mereka menggunakan lap-lap pel, karung goni, lap yang dapat menyerap air, dan ember-ember.

Pukul 14.45, ruangan sidang dapat dikeringkan dan semua dapat bernapas lega kembali. Bayangkan, betapa malunya kita jika sampai para delegasi, atau para wartawan asing, mengetahui kebocoran itu. Cerita Roeslan dalam bukunya tersebut.