Feb 5, 2013

Komitmen NU terhadap NKRI Sudah Harga Mati

 
Nahdlatul Ulama (NU) tidak boleh berpolitik praktis seperti yang pernah dijalani pada Pemilu 1955. NU harus dipandang sebagai komponen penting dalam keberlangsungan bangsa.

Di mana NU menjadi kekuatan civil society yang menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan keanekaragaman. Sehingga tidak terjebak pada konflik dan kepentingan politik praktis. Namun, lebih konsentrasi mengayomi umat dan mendampingi masyarakat. 

“NU itu kan stakeholder, NU itu bukan mitra pemerintah, NU jangan dipandang sebagai Parpol ketika tahun 1955 tetapi harus dipandang sebagai komponen penting dalam keberlangsungan berbangsa itu sangat penting itu dilihat dari power civil society bukan power politics sehingga NKRI, empat pilar kebangsaan dan pancasila itu final,” ungkap KH Said Aqil Siroj saat berbincang dengan Okezone. 
Kata dia, komitmen NU terhadap NKRI dan Pancasila tidak akan berubah. Keanekaragam harus dijaga sebagai wujud negara yang terdiri dari berbagai suku. Maka kata dia, dalam berdakwah pun tidak boleh ada pemaksaan apalagi dengan kekerasan. Wujud itu kata dia, merupakan peran NU dalam menjaga keutuhan bangsa. 

“Tidak satupun orang NU ingin merubah empat pilar dan Pancasila. Tidak menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika, tidak menjungjung tinggi pluralisme. Semua kiai NU baik yang secara terang-terangan maupun tidak itu menjunjung tinggi, seperti tidak boleh memaksakan dakwah dengan kekerasan. Itu dilakukan oleh semua kiai baik oleh kiai yang terkenal ataupun tidak,” kata dia.

okezone


EmoticonEmoticon