Tidak semua nama-nama yang diawasi Europol merupakan anggota ISIS. Sebagian adalah anggota Jabhat al-Nusra atau sel kecil Al Qaidah.
"Ini adalah ancaman teror paling serius yang pernah dialami Uni Eropa selama lebih dari 10 tahun terakhir," kata Kepala Europol, Rob Wainwright, seperti dilansir the Daily Mail, Minggu (21/2).
Begitu banyaknya jumlah nama terduga teroris, Europol mengaku kelabakan mengawasinya. Tugas pemantauan sudah dibagi dengan lembaga intelijen masing-masing negara di Benua Biru, namun untuk mencegah serangan serupa teror Paris tahun lalu menjadi lebih sulit lagi.
"Kapanpun bisa terjadi serangan yang menimbulkan korban warga sipil di seantero Eropa," kata Wainwright.
Europol mengatakan tidak semua dari 5 ribu nama itu baru datang setahun terakhir seiring banyaknya pengungsi asal Suriah. Mayoritas justru orang yang lahir dan besar di Eropa, tertarik radikalisme di Timur Tengah, kemudian kembali ke negara asalnya tanpa melakukan hal-hal mencurigakan.
Kendati begitu, Wainwright mengakui adanya anggota ISIS menyelinap di antara para pengungsi memang nyata. Salah satu buktinya adalah penangkapan empat orang imigran oleh Kepolisian Salzburg, Austria, awal bulan ini.
Empat imigran itu baru datang ke Eropa pada pertengahan 2015, setelah menyeberang dari arah Turki. Setibanya di Prancis, mereka segera terlibat jaringan ISIS yang merencanakan teror Paris.
EmoticonEmoticon