Untuk
berhenti merokok, kata Dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K), tidak bisa hanya
dari satu aspek saja. "Seperti konseling saja misalnya, tidak akan
berhasil. Harus ada motivasi dari perokok," ungkap dokter spesialis paru
dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS
Persahabatan Jakarta ini.
Saat rokok diisap,
sekitar 10 detik setelah nikotin masuk ke darah, kemudian ke otak, akan
terlepaslah dopamin dari otak. Itu sebabnya timbul rasa senang atau
gembira. Begitu dopamin turun, si perokok merasa ingin mendapatkan lagi,
dan perlu lebih banyak lagi rokoknya.
Rasa
nyaman, habit, dan pengaruh lingkungan membuat perokok sulit sekali
untuk berhenti atau meninggalkan kebiasaan merokok. Studi yang dilakukan
di RS Persahabatan, tambah Dr. Agus, juga menunjukkan fakta bahwa
banyak perokok yang setelah dikasih obat, tapi tidak ada motivasi, jadi
tidak ada kekuatan untuk berhenti.
EmoticonEmoticon