May 24, 2015

Petral, sarang mafia migas dilindungi SBY disikat Jokowi


PT Pertamina Energy Trading Ltd atau Petral akhirnya resmi dibubarkan setelah hampir satu dekade beragam cara dilakukan untuk membubarkan anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut. Pemerintahan Jokowi-JK melalui Menteri ESDM Sudirman Said dan Dirut Pertamina Dwi Soetjipto memutuskan melikuidasi perusahaan yang disebut-sebut sarang mafia migas itu.
"Reputasi Petral sejak dulu lekat dengan persepsi negatif," kata Sudirman Said.
Dia memberikan sinyal bahwa keputusan ini sesuai arahan Presiden Jokowi yang disebut-sebut sudah setuju Petral dibubarkan.
"Kata presiden, masa lalu harus diputus," ucapnya.
Kemarin, Menteri ESDM SUdirman Said dan mantan ketua tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri blak-blakan soal panjangnya jalan menuju pembubaran Petral. Termasuk di dalamnya ada kekuatan besar yang mencoba 'melindungi' Petral.
Wacana pembubaran Petral muncul pertama kali pada 2006, di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu, perusahaan yang bermarkas di Singapura tersebut rencananya akan digantikan oleh Integrated Supply Chain (ISC) yang dikomandoi Sudirman Said. Namun rencana itu tak berhasil karena 'kuatnya' Petral. Bahkan Sudirman Said harus menerima pil pahit, dipecat pada 2009.
Percobaan pembubaran Petral kembali muncul di era kepemimpinan Dahlan Iskan sebagai Menteri BUMN. Pada 2012 Dahlan menggulirkan kembali wacana pembubaran Petral karena disinyalir tempat tumbuh suburnya praktik mafia migas. Ini terkait temuan indikasi korupsi dan permainan kotor sejumlah oknum dalam impor minyak. Namun hingga lengser dari jabatannya, Dahlan gagal membubarkan Petral.
Faisal Basri dan Sudirman Said buka-bukaan soal perbedaan kondisi pembubaran petral antara era SBY dan Jokowi. Faisal justru terang-terangan memberikan sinyal bahwa pemerintahan SBY melindungi Petral dari pelbagai upaya pembubaran.