D. JENIS
KALIMAT
Jenis
kalimat dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok.
A. Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat
langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung
juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain
(orang ketiga).
Kalimat ini biasanya ditandai dengan
tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
- Ibu berkata: “Rohan, jangan
meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat
tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau
perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan
tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
- Ibu berkata bahwa dia senang
sekali karena aku lulus ujian.
B. Berdasarkan Jumlah Frasa
(Struktur Gramatikal)
Kalimat
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Tunggal
Kallimat
tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu
subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana.
Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar
yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola pembentukannya. Pola-pola
kalimat dasar yang dimaksud adalah:
* KB + KK (Kata Benda + Kata
Kerja)
Contoh: Victoria bernyanyi
.
S
P
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh: Ika sangat
rajin
.
S P
* KB + KBil (Kata Benda + Kata
Bilangan)
Contoh: Masalahnya seribu
satu.
.
S P
Kalimat tunggal dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat nominal
adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh : Saya siswa kelas
VI.
2. Kalimat verbal
adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh : Adik bernyanyi.
Setiap
kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada
unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat
masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh
atau lebih. Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di
sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan waktu, seperti: setiap
hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata
benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok,
dengan wesel pos, dengan cek.
4. Keterangan modalitas, seperti:
harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keternagan cara (dengan + kata
sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin.
6. Keterangan aspek, seperti akan,
sedang, sudah, dan telah.
7. Keterangan tujuan, seperti: agar
bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan sebab, seperti: karena
rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan aposisi adalah
keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David
Beckham.
10. Frasa yang, seperti: mahasiswa
yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal
adalah: Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan
baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3
jenis, yaitu:
2.1. Kalimat Majemuk Setara
(KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau
lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat sederajat. Kalimat majemuk
setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih
kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau serta.
Contoh:
- Kami mencari bahan dan
mereka meramunya.
* KMS Pertentangan. Dua kalimat
tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan, namun,
melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan.
Contoh:
- Indonesia adalah negara berkembang,
sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.
* KMS Pemilihan. Dua atau lebih
kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.
Contoh:
- Makalah ini harus dikumpukan
besok atau minggu depan.
* KMS Penguatan. Dua atau lebih
kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.
Contoh:
- Dia tidak hanya cantik,
bahkan dia juga sangat baik hati.
* KMS yang dibentuk dari dua atau
lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian,
untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:
- Mula-mula disebutkan
nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis
tingkat SMP.
2.2 Kalimat Majemuk
Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas
satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat
tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki
kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk
kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan
(anak kalimat).
Ada beberapa penanda hubungan /
konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak
2. Sebab: karena,
Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
3. Akibat: hingga, sehingga,
maka
4. Syarat: jika, asalkan,
apabila
5. Perlawanan: meskipun,
walaupun
6. Pengandaian: andaikata,
seandainya
7. Tujuan: agar, supaya,
untukbiar
8. Perbandingan: seperti,
laksana, ibarat, seolah‐olah
9. Pembatasan: kecuali, selain
10. Alat: dengan+
katabenda: dengan tongkat
11. Kesertaan: dengan+ orang
Contoh: Walaupun komputer itu
dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan
data-data komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih
dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat: Walaupun
komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
2.3 Kalimat Majemuk
Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri
atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya.
Contoh: Karena hari sudah malam,
kami berhenti dan langsung pulang.
KMS: Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC: Kami berhenti karena hari
sudah malam.
KMS: Kami pulang, tetapi
mereka masih bekerja.
KMB: Mereka masih bekerja karena
tugasnya belum selesai.
C. Berdasarkan Isi atau
Fungsinya
Kalimat
dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1.Kalimat Perintah
Kalimat
perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain
untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru
(!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai
dengan intonasi tinggi.
Macam-macam kalimat perintah :
* Kalimat perintah biasa, ditandai
dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
* Kalimat larangan, ditandai dengan
penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan membuang sampah
sembarangan !
* Kalimat ajakan, ditandai dengan
kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu
di rumah !
2. Kalimat Berita
Kalimat
berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya,
biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan
dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan
tanggapan.
Macam-macam kalimat berita :
* Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari
Bandung besok pagi.
* Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang
pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan
tiba besok pagi.
* Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu
mengapa dia datang terlambat.
3. Kalimat Tanya
Kalimat
tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau
reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?)
dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata
tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh:
- Mengapa gedung ini dibangun
tidak sesuai dengan disainnya?
4. Kalimat Seruan
Kalimat
seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’
atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi
dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam
penulisannya.
Contoh:
- Aduh, pekerjaan rumah saya
tidak terbawa.
D. Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2
jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang
sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subyek dan satu buah predikat.
Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
- Mahasiswa berdiskusi
di dalam kelas.
.
S
P
K
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat
yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau
objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa
semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan,
sapaan dan kekaguman.
Contoh: Selamat sore.
E. Berdasarkan Susunan
S-P
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu:
1. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang
predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul
akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan
tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua.
Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:
- Sepakat kami untuk
berkumpul di taman kota.
.
S
P
K
2. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang
susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa
Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian ini dilakukan
mereka sejak 2 bulan yang lalu.
.
S
P
O
K
F. Berdasarkan Bentuk Gaya
Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 3
jenis yaitu:
1. Kalimat Yang Melepas
Kalimat
yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur
utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur
anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak
kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh; Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya
lulus ujian sarjana.
2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat
klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak
kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya
membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu
yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini
terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:
- Karena sulit
kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
3. Kalimat Yang Berimbang
Kalimat
yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan
dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri. Contoh: Jika stabilitas
nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat
dengan leluasa.
G. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kaliamat Aktif
Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan.
Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan
ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak
dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi,
dll (kecuali makan dan minum). Contoh: Mereka akan berangkat besok pagi.
Kalimat aktif dibedakan
menjadi 2, yaitu:
1.1 Kalimat Aktif
Transitif
Kalimat
aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1).
Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah
menjadi kalimat pasif.
Contoh: Eni
mencuci piring.
.
S
P O1
1.2 Kalimat Aktif
Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah
kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada
kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti
dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
- Mereka berangkat
minggu depan.
.
S
P
K
1.3 Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah
menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh:
- Dian kehilangan
pensil.
.
S
P Pel.
2. Kalimat Pasif
Kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti
oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu:
2.1 Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh
dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan
di-,ter-,ke-an.
Contoh:
- Piring dicuci Eni.
.
S P O2
2.2 Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat
yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan
kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi
penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas
kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat
baku.
Contoh:
- Ku pukul adik.
. O2
P S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi
kalimat pasif :
1. Subjek pada kalimat aktif
dijadikan objek pada kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan
di-.
3. Tambahkan kata oleh di
belakang predikat.
Contoh : -Bapak
memancing ikan. (aktif) - Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat akrif
berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan
predikat dirapatkan.
Contoh : -Aku harus
memngerjakan PR. (aktif) -PR harus kukerjakan. (pasif)
E.KELAS KATA, FRASA, DAN KLAUSA
Kelas Kata
Kelas kata (jenis kata) adalah golongan kata dalam satuan
bahasa berdasarkan bentuk, fungsi, dan maknadalam sistem gramatikal. Untuk
menyusun kalimat yang baik dan benar, pemakai bahasa harus mengenal jenis dan
fungsi kata.
Fungsi kelas kata:
1) melambangkan pikiran atau
gagasan yang abstrak menjadi konkret,
2) membentuk bermacam-macam
struktur kalimat,
3) memperjelas makna gagasan
kalimat,
4) membentuk satuan makna
sebuah frasa, klausa, atau kalimat,
5) membentuk gaya pengungkapan
sehingga menghasilkan karangan yang dapat dipahami dan dinikmati oleh orang
lain,
6) mengungkapkan berbagai
jenis ekspresi, antara lain: berita, perintah, penjelasan, argumentasi, pidato, pidato, dan diskusi,
7) mengungkapkan berbagai
sikap, misalnya: setuju, menolak, dan menerima.
Kelas kata bahasa Indonesia terdiri atas:
1) verba
2) adjektiva
3) nomina
4) pronominal
5) numeralia
6) adverbia
7) interogativa
8) demontrativa
9) artikula
10) preposisi
11) konjungsi
12) fatis
13) interjeksi
1. Verba
Berdasarkan bentuk kata (morfologis), verba dapat dibedakan
menjadi: (1) verba dasar (tanpa afiks), misalnya: makan, pergi, minum,
duduk, dan tidur; (2) verba turunan, a) verba dasar + afiks (wajib) menduduki,
mempelajari, menyanyi; b) verba dasar + afiks (tidak wajib) (mem)baca,
(men)dengar, (men)cuci; c) verba dasar (terikat afiks) + afiks
(wajib) bertemu, bersua, mengungsi; d) reduplikasi atau bentuk
ulang berjalan-jalan, minum-minum, mengais-ngais; e) majemuk cuci
mata, naik haji, belai kasih.
Berdasarkan banyaknya pembuktian (argumentasi), verba dapat
dibedakan menjadi (1) verba transitif disertai objek (a) monotransitif, misalnya:
menyanyikan lagu, membacakan buku, melukiskan pemandangan; (b) verba
bitransitif, misalnya: menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Maju Tak Gentar; (c)
verba ditransitif, misalnya: mengembangkan agrobisnis, pendidikan
berteknologi tinggi. (2) Verba intransitive tidak menghendaki adanya objek.
Berdasarkan perilaku sintkaksis yaitu sifat verba dalam
hubungannya dengan kata lain dalam bentuk frasa (kelompok kata), klausa (anak
kalimat), dan kalimat, dengan memperhatikan fungsi, jenis, dan perilaku dalam
kalimat.
Berdasarkan fungsi:
1) verba sebagai objek
2) verba sebagai subjek
3) verba sebagai pelengkap
4) verba sebagai keterangan
Berdasarkan jenis dalam hubungan verba dengan nomina:
1) Verba aktif subjek sebagai
pelaku
2) Verba pasif sebagai sasaran
atau penderita
3) Verba antiaktif tidak dapat
dibentuk menjadi verba aktif
4) Verba antipasif tidak dapat
dibentuk menjadi pasif
2 Adjektiva
Adjektiva
ditandai dengan dapat didampingkannya kata lebih, sangat, agak, dan paling.
Berdasarkan bentuknya, adjektiva dibedakan menjadi: (1) adjektiva dasar,
misalnya: baik, adil, dan boros; (2) adjektiva turunan, misalnya:
sungguh-sungguh; (3) adjektiva paduan kata (frasa) ada dua macam: (a) subordinatif
jika salah satu kata menerangkan kata lainnya, misalnya: panjang tangan,
buta warna, murah hati; dan (b) koordinatif setiap kata tidak saling
menerangkan, misalnya: aman sentosa.
Contoh:
(1) Adjektiva dasar
Kerja yang baik menghasilkan produk yang berkualitas.
(2) Adjektiva turunan
Ia bekerja sungguh-sungguh hingga mencapai target.
(3) Adjektiva paduan kata (frasa)
a)Subordinatif (bertingkat, salah satu kata menerangkan kata
lainnya)
Orang buta warna tidak dapat melukis dengan sempurna.
b) Koordinatif (gabungan kata atau frasa yang
tidak saling menerangkan)
Bayi yang gemuk sehat jauh dari penyakit.
3 Nomina
Nomina ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak,
tetapi dapat dinegatifkan dengan kata bukan: tidak kekasih seharusnya bukan
kekasih. Nomina dapat dibedakan:
(1) Berdasarkan bentuknya: (a) nomina
dasar: rumah, orang, burung, dan sebagainya. (b) nomina turunan:
Ke- : kekasih,
kehendak
Per- : pertanda,
persegi
Pe- :
petinju, petani
Peng- : pengawas, pengacara
-an : tulisan,
bacaan
Peng-an: penganiayaan, pengawasan
Per-an : perastuan, perdamaian
Ke-an : kemerdekaan, kesatuan
(2) Berdasarkan subkategori: nomina bernyawa (kerbau,
sapi, manusia) dan tidak bernyawa (bunga, rumah); (b) nomina terbilang (lima
orang mahasiswa, tiga ekor kuda); dan tak terbilang (air laut, awan).
4 Promina
Promina adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina
lain, berfungsi untuk mengganti nomina. Ada tiga macam Promina, yaitu:
(1) Promina persona adalah Promina yang mengacu
kepada ornag. Persona pertama tunggal saya, aku, daku, -ku dan persona jamak
kami; persona kedua tunggal engkau, kamu, anda, dikau, kau-, -mu, persona jamak
kalian,kamu sekalian, anda seklaian; persona ketiga tunggal ia, dia, beliau,
-nya.
(2) Promina penunjuk: (a) Promina penunjuk umum
ialah, ini, itu, dan anu; Promina penunjuk tempat sini, sana, situ.
(3) Promina penanya adalah Promina yang
digunakan sebagai pemarkah (penanda) pertanyaan. Dari segi makna, ada tiga
jenis yaitu: (a) orang siapa, (b) barang apa menghasilkan turunan
mengapa, kenapa, dengan apa; (c) pilihan mana menghasilkan turunan di mana, ke
mana, dari mana, bagaimana, dan bilamana.
Promina berfungsi untuk menggantikan nomina. Nomina yang
digantiakan disebut anteseden. Berdasarkan hubunagnnya dengan nomina, Promina
dibadakan atas:
(1) Promina intelektual dalam hubungan teks yang
sama.
(a) Rudi sahabat saya. Pekerjaanya
mengajar di SMU Negeri 1 Jakarta (bersifat anaforis, yaitu penunjukkan kembali
kepada suatu anteseden dengan pengulangan atua substitusi gramatikal,
-nyamerupakan anafora, Rudi sahabat saya merupaka anteseden).
(2) Pronomina ekstratekdual dalam hubungan teks
yang berbeda.
(a) Saya yang mengerjakannya.
Itu dan –nya bersifat anaforis yaitu, penunjuk kembali
kepada suatu anteseden dengan pengulangan atau substitusi gramatikal, Itu yang
telah lama ku-tunggu, merupakan anaphora, dan Saya yang mengerjakannya.
Merupakan anteseden.
Berdasarkan refrensinya Promina dibedakan atas:
(1) Promina takrif (pemberitahuan, pernyataan,
penentuan, batasan) mengacu kepada bentuk persona formal tertentu, misalnya,
Promina pertama tunggal saya, aku, kami, ia, mereka.
Contoh, Pesawat itu baik.Ia selalu menolongku.
(2) Promina taktarif (tidak mengacu kepada
bentuk persona atau benda tertentu), misalnya: beberapa, berbagai, segenap.
5 Numeralia
Numeralia dapat diklasifikasikanberdasarkan subkategori: (1)
numeralia takrif (tertentu): (a) numeralia pokok ditandai dengan jawaban berapa?
Satu, dua, tiga, dst. (b) numeralia tingkat ditandai dengan jawaban Yang
ke berapa? dan (c) numeralia kolektif ditandai dengan satuan bilangan,
misalnya: lusin, kodi, meter. (2) Numeralia tak takrif (tak tentu),
misalnya: beberapa, berbagai, segenap.
6 Adverbia
Adverbia adalah kata yang member keterangan pada verba,
adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Dalam kalimat, adverbial dapat
mendampingi adjektiva, numeralia, atau proposisi. Berdasarkan bentuknya,
adverbial mempunyai,
1.Bentuk tunggal (monomofermis) : sangat, hanya, lebih,
segera, agak, dan akan. Misalnya: Orang itu sangat bijaksana.
2.Bentuk jamak (polimofermis) : belum tentu, benar-benar,
jangan-jangan, kerap kali, lebih-lebih, mau tidak mau, mula-mula. Misalnya:
Mereka belum tentu pergi pada hari ini.
7 Interogativa
Interogativa berfungsi menggantikan sesuatu yang hendak
diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan sesuatu yang telah diketahuinya.
Contoh: apa, siapa, berapa, mana, yang mana, mengapa, dan kapan.
a. Berapa uang
yang kau perlukan?
b. Yang mana rumah
orang itu?
8 Demonstrativa
Demonstrative berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam
atau di luar wacana. Sesuatu tersebut disebut anteseden. Contoh: ini, itu,
di sini, di situ, berikut, dan begitu.
a. Di
sini, kita akan berkonsentrasi menghasilkan karya terbaik kita.
b. Bukti
ini merupakan indicator bahwa orang itu berniat baik.
9 Artikula
Artikula berfungsi untuk mendampingi nomina dan verba pasif.
Contoh: si, sang, sri, para, kaum, dan umat.
a. Si
Kecil itu selalu datang merengek-rengek minta sesuatu.
b. Sang
penyelamat akan datang saat kita perlukan.
10 Preposisi
Preposisi
adalah kata yang terletak di depan kata lain sehingga berbentuk frasa atau
kelompok kata.
1.
Preposisi dasar: di, ke, dari, pada, demi, dan lain-lain
a.
Demi kemakmuran bangsa, mari kita tegakkan hokum dan keadilan.
2.
Preposisi turunan: di antara, di atas, ke dalam, kepada, dan lain-lain.
a.
Di antara calon peserta lomba terdapat nama seorang peserta yang sudah
menjadi juara selama dua tahun.
11 Konjungsi
Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian
kalimat atau kalimat yang satu dengan kalimat lain dalam suatu wacana.
Konjungsi dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Konjungsi intrakalimat: agar, atau, dan, hingga,
sedang, sehingga, serta, supaya, tetapi, dan sebagainya.
a. Ia belajar hingga larut malam.
b. Mereka bekerja keras sehingga berhasil
mendapatkan cita-citanya.
2. Konjungsi ekstrakalimat: jadi, di samping itu,
oleh karena itu, oleh sebab itu, dengan demikian, walaupun demikian, akibatnya,
tambahan pula, dan sebagainya.
a. Pengusaha itu kaya raya dan dermawan. Oleh karena itu,
ia dihormati oleh tetangga di sekitar rumahnya.
b. Kualitas pendidikan kita tertinggal dari Negara
maju. Oleh sebab itu, kita harus bekerja keras untuk mengejar
ketinggalan ini.
12 Fatis
Fatis berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau
mengukuhkan pembicaraan. Jenis kata ini lazim digunakan dalam bidang dialog
atau wawancara. Misalnya: ah, ayo, kok, mari, nah, dan yah.
a. Kita memilikin
kekayaan budaya. Ayo, kita tingkatkan produktivitas kita menjadi produk
baru selera dunia.
b. Nah, seruan itulah
yang aku tunggu-tunggu.
13 Interjeksi
Interjeksi berfungsi untuk mengungkapan perasaan, terdiri
atas dua jenis:
1. Bentuk dasar: aduh, eh,
idih, ih, wah, dan sebagainya.
Contoh: Aduh, mengapa Anda harus menghadapi masalah
seberat itu.
2. Bentuk turunan: alhamdulillah,
astaga, brengsek, insya Allah, dan sebagainya.
Contoh: Alhamdulillah, ekonomi Negara kita
berangsur-angsur membaik.
Frasa
Frasa adalah
gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya: bayi sehat,
pisang goreng,sangat enak, sudah lama sekali, dan dewan perwakilan rakyat. Klausa
adalah kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat
dan berpontensi menjadi kalimat, mislanya: mereka bicara, dosen mengajar,
mereka bertanya, dan mereka tidak puas.
Frasa dapat dibeda-bedakan berdasarkan kelas katanya ,
yaitu: frasa ferbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa pronomi-nal, frasa
adverbial, frasa numeralia, frasa koordinativa koordina-tif, frasa
demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional koordinatif. Perhatikan
contoh-contoh sebagai berikut:
1 Frasa Verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata
kerja, terdiri atas 3 macam, yaitu:
(1) Frasa verbal modifikatif (pewatas); terdiri
atas
(a) Pewatas belakang, misalnya: Ia bekerja
keras sepanjang hari.
(b) Pewatas depan, misalnya: Mereka dapat
mengajukan kredit di BRI.
(2) Frasa verbal koordinatif adalah dua verba
yang disatukan dengan kata penghubung dan atau atau. Contoh: Mereka
menangis dan meratapi nasibnya.
(3) Farba verbal apositif yaitu sebagai
keterangan yang ditambahkan atau diselipkan, misalnya: Pulogadung, tempat
tinggalnya dulu, kini menjadi terminal modern.
2 Frasa Adjektval
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan
kata sifat atau keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain
yang berfungsi menerangkan, seperti: agak,dapat, harus, kurang, lebih,
paling, dan sangat.
agak baik
harus baik akan
tenang
kurang pandai
amat pandai
lebih baik belum
baik
paling tinggi
dapat palsu
selalu rajin
Frasa adjektival mempunyai tiga jenis: (1) Frasa adjektival
modifikatif (membatasi), misalnya: cantik sekali, indah nian, hebat benar;
(2) Frasa adjektival koordinatif (mengabungkan), misalnya: tegap kekar, aman
tentram,makmur dan sejahtera, aman sentausa; (3) Frasa adjektival apositif,
misalnya:
(a) Bima tokoh ksatria, gagah perkasa,
dan suka menolong kaum yang lemah. Frasa apositif bersifat memberiakan
keterangan tambahan Bima tokoh ksatria yang tampan merupakan unsur utama
kalimat gagah perkasa merupakan keterangan tambahan. Frasa apositif
terdapat dalam kalimat berikut ini.
(b) Srikandi cantik, ayu rupawan,
diperistri oleh Arjuna.
(c) Skripsi yang berkualitas, terpuji
dan terbaik, diterbitkan oleh universitas.
3 Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk
dengan memperluas sebuah kata benda ke kiri dan ke kanan; ke kiri
menggolongkan, misalnya: dua buah buku, seorang teman, beberapa butir telur,
ke kanan sesudah kata (inti) berfungsi mewatasi (membatasi), misalnya: buku
dua buah, teman seorang, telur beberapa butir.
(1)
Frasa nominal modifikatif (mewarisi), misalnya: rumah mungil, hari Minggu,
buku dua buah, pemuda kampus, dan bulan pertama.
(2)
Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya: hak dan
kewajiban, sandang oangan, dunia akhirat, lahir batin, serta adil dan makmur.
(3) Frasa nominal apositif
(a) Anton, mahasiswa teladan itu,
kini menjadi dosen di universitasnya.
(b) Burung cendrawasih, burung langka dari
Irian itu, sudah hampir punah.
(c) Ibu Megawati, presiden republik
indonesia, berkenan memberikan sambutan dalam acara itu.
4 Frasa Adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan
keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya: sangat
baik, kata baik merupakan inti dan sangat merupakan pewatas.
Frasa adverbial yang termasuk jenis ini: agak besra, kurang pandai, hampir
baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga, dan dengan gelisah.
Frasa adverbial yang bersifat koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya:
lebih kurang, kata lebih tidak menerangkan kurang dan kurang tidak
menerangkan lebih.
5 Frasa Pronomial
Frasa Proniomial adalah frasa yang dibentuk dengan kata
ganti. Frasa ini terdiri atas tiga jenis: (1)modifikatif, misalnya: kami
semua, kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka berdua, dan
mereka itu.
(2) koordinatif, misalnya: engkau dan aku, kami dan
mereka, serta saya dan dia,
(3) apositif:
(a) Kami, bangsa Indonesia,
menyatakan perang melawan korupsi.
(b) Mahsiswa, para pemuda, siap menjadi
pasukan anti korupsi.
6 Frassa Numerialia
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan
kata bilangan. Frasa jenis ini terdiri atas dua jenis, yaitu
1. Modifikasi
-
Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
-
Orang itu menyumbang pembangunan jalan kampung dua juta rupiah.
2. Koordinaasi
- Lima
atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu.
- Entah
tiga, entah empat kali saya makan obat hari itu.
7 Frasa Interogativa Koordinatif
Frasa interogativa Koordinatif adalah frasa yang berintikan
pada kata tanya.
1. Jawaban apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
2. Jawaban mengapa atau bagaimana merupakan
penanda predikat.
8 Frasa Demonstrativa Koordinatif
Frasa ini dibntuk dengan dua kata yang tidak saling
menerangkan.
- Saya
bekerja di sana atau sini sama saja.
- Saya
memakai baju ini atau itu tidak masalah.
9 Frasa Proposisional Koordinatif
Frasa ini dibentuk dengan kata depan dan tidak saling
menerangkan
Klausa
Klausa Kalimat Majemuk Setara
klausa
adalah kelompok kata yang berpotensi menjadi kalimat. Dalam kalimat majemuk
setara, setiap klausa mempunyai kedudukan yang sama namun tidak saling
menerangkan. Kalimat majemuk setara dibangun dengan dua atau lebih klausa,
misalnya:
Rima membaca Kompas, dan adiknya
bermain catur.
Klausa Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa
lainnya, misalnya:
Orang itu pindah ke Jakarta setelah
suaminya bekerja di Bank Indonesia.
Klausa Kalimat Majemuk Setara dan
Kalimat Majemuk Bertingkat
Gabungan
kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih,
misalnya:
Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan
ibunya kawin lagi.
PENGERTIAN
KALIMAT EFEKTIF
Pengertian Kalimat efektif adalah kalimat yang
memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh pembicara/penulis dan proses
penerimaan oleh pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi
atau maksud yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar lengkap
dalam pikiran pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar/pembaca
relative samaz dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis
Syarat-syarat
kalimat efektif sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
semoga bermanfa'at all..
EmoticonEmoticon