Showing posts with label PENDIDIKAN. Show all posts
Showing posts with label PENDIDIKAN. Show all posts

Apr 15, 2018

Belajar Kelas Kata,Frasa Dan Kelausa Yang Baik


 Kelas Kata

Kelas kata (jenis kata) adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan bentuk, fungsi, dan maknadalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik dan benar, pemakai bahasa harus mengenal jenis dan fungsi kata.
Fungsi kelas kata:
 1)     melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret,
2)      membentuk bermacam-macam struktur kalimat,
3)      memperjelas makna gagasan kalimat,
4)      membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat,
5)      membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat dipahami dan  dinikmati oleh orang lain,
6)      mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, antara lain: berita, perintah, penjelasan, argumentasi,     pidato, pidato, dan diskusi,
7)      mengungkapkan berbagai sikap, misalnya: setuju, menolak, dan menerima.
Kelas kata  bahasa Indonesia terdiri atas:
1) verba
2) adjektiva
3) nomina
4) pronominal
5) numeralia
6) adverbia
7) interogativa
8) demontrativa
9) artikula
10) preposisi
11) konjungsi
12) fatis
13) interjeksi
1. Verba
Berdasarkan bentuk kata (morfologis), verba dapat dibedakan menjadi: (1) verba dasar (tanpa afiks), misalnya: makan, pergi, minum, duduk, dan tidur;  (2) verba turunan, a) verba dasar + afiks (wajib) menduduki, mempelajari, menyanyi; b) verba dasar + afiks (tidak wajib) (mem)baca, (men)dengar, (men)cuci; c) verba dasar (terikat afiks) +  afiks (wajib) bertemu, bersua, mengungsi;  d) reduplikasi atau bentuk ulang berjalan-jalan, minum-minum, mengais-ngais; e) majemuk cuci mata, naik haji, belai kasih.
             Berdasarkan banyaknya pembuktian (argumentasi), verba dapat dibedakan menjadi (1) verba transitif disertai objek (a) monotransitif, misalnya: menyanyikan lagu, membacakan buku, melukiskan pemandangan; (b) verba bitransitif, misalnya: menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Maju Tak Gentar; (c) verba ditransitif, misalnya: mengembangkan agrobisnis, pendidikan berteknologi tinggi. (2) Verba intransitive tidak menghendaki adanya objek.
Berdasarkan perilaku sintkaksis yaitu sifat verba dalam hubungannya dengan kata lain dalam bentuk frasa (kelompok kata), klausa (anak kalimat), dan kalimat, dengan memperhatikan fungsi, jenis, dan perilaku dalam kalimat.
Berdasarkan fungsi:
1)      verba sebagai objek
2)      verba sebagai subjek
3)      verba sebagai pelengkap
4)      verba sebagai keterangan

Berdasarkan jenis dalam hubungan verba dengan nomina:
1)      Verba aktif subjek sebagai pelaku
2)      Verba pasif sebagai sasaran atau penderita
3)      Verba antiaktif tidak dapat dibentuk menjadi verba aktif
4)      Verba antipasif tidak dapat dibentuk menjadi pasif
2 Adjektiva
Adjektiva ditandai dengan dapat didampingkannya kata lebih, sangat, agak, dan paling. Berdasarkan bentuknya, adjektiva dibedakan menjadi: (1) adjektiva dasar, misalnya: baik, adil, dan boros; (2) adjektiva turunan, misalnya: sungguh-sungguh; (3) adjektiva paduan kata (frasa) ada dua macam: (a) subordinatif jika salah satu kata menerangkan kata lainnya, misalnya: panjang tangan, buta warna, murah hati; dan (b) koordinatif setiap kata tidak saling menerangkan, misalnya:  aman sentosa.
Contoh:
(1)   Adjektiva dasar
Kerja yang baik menghasilkan produk yang berkualitas.
(2)   Adjektiva turunan
Ia bekerja sungguh-sungguh hingga mencapai target.
(3)   Adjektiva paduan kata (frasa)
a)Subordinatif (bertingkat, salah satu kata menerangkan kata lainnya)
Orang buta warna tidak dapat melukis dengan sempurna.
b)   Koordinatif (gabungan kata atau frasa yang tidak saling menerangkan)
Bayi yang gemuk sehat jauh dari penyakit.
3 Nomina
Nomina ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, tetapi dapat dinegatifkan dengan kata bukan: tidak kekasih seharusnya bukan kekasih. Nomina dapat dibedakan:
(1)   Berdasarkan bentuknya: (a) nomina dasar:  rumah, orang, burung, dan sebagainya. (b) nomina turunan:
Ke-        : kekasih, kehendak
Per-       : pertanda, persegi
Pe-         : petinju, petani
Peng-    : pengawas, pengacara
-an         : tulisan, bacaan
Peng-an: penganiayaan, pengawasan
Per-an   : perastuan, perdamaian
Ke-an     : kemerdekaan, kesatuan
(2)   Berdasarkan subkategori: nomina bernyawa (kerbau, sapi, manusia) dan tidak bernyawa (bunga, rumah); (b) nomina terbilang (lima orang mahasiswa, tiga ekor kuda); dan tak terbilang (air laut, awan).

4 Promina
Promina adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain, berfungsi untuk mengganti nomina. Ada tiga macam Promina, yaitu:
(1)   Promina persona adalah Promina yang mengacu kepada ornag. Persona pertama tunggal saya, aku, daku, -ku dan persona jamak kami; persona kedua tunggal engkau, kamu, anda, dikau, kau-, -mu, persona jamak kalian,kamu sekalian, anda seklaian; persona ketiga tunggal ia, dia, beliau, -nya.
(2)   Promina penunjuk: (a) Promina penunjuk umum ialah, ini, itu, dan anu; Promina penunjuk tempat sini, sana, situ.
(3)   Promina penanya adalah Promina yang digunakan sebagai pemarkah (penanda) pertanyaan. Dari segi makna, ada tiga jenis yaitu: (a) orang siapa, (b) barang apa  menghasilkan turunan mengapa, kenapa, dengan apa; (c) pilihan mana menghasilkan turunan di mana, ke mana, dari mana, bagaimana, dan bilamana.
Promina berfungsi untuk menggantikan nomina. Nomina yang digantiakan disebut anteseden. Berdasarkan hubunagnnya dengan nomina, Promina dibadakan atas:
(1)   Promina intelektual dalam hubungan teks yang sama.
(a)    Rudi sahabat saya. Pekerjaanya mengajar di SMU Negeri 1 Jakarta (bersifat anaforis, yaitu penunjukkan kembali kepada suatu anteseden dengan pengulangan atua substitusi gramatikal, -nyamerupakan anafora, Rudi sahabat saya merupaka  anteseden).
(2)   Pronomina ekstratekdual dalam hubungan teks yang berbeda.
(a)     Saya yang mengerjakannya.
Itu dan –nya bersifat anaforis yaitu, penunjuk kembali kepada suatu anteseden dengan pengulangan atau substitusi gramatikal, Itu yang telah lama ku-tunggu, merupakan anaphora, dan Saya yang mengerjakannya. Merupakan  anteseden.
Berdasarkan refrensinya Promina dibedakan atas:
(1)   Promina takrif (pemberitahuan, pernyataan, penentuan, batasan) mengacu kepada bentuk persona formal tertentu, misalnya, Promina pertama tunggal saya, aku, kami, ia, mereka.
Contoh, Pesawat itu baik.Ia selalu menolongku.
(2)   Promina taktarif (tidak mengacu kepada bentuk persona atau benda tertentu), misalnya: beberapa, berbagai, segenap.
5 Numeralia
Numeralia dapat diklasifikasikanberdasarkan subkategori: (1) numeralia takrif (tertentu): (a) numeralia pokok ditandai dengan jawaban berapa? Satu, dua, tiga, dst. (b) numeralia tingkat ditandai dengan jawaban Yang ke berapa? dan (c) numeralia kolektif ditandai dengan satuan bilangan, misalnya: lusin, kodi, meter. (2) Numeralia tak takrif (tak tentu), misalnya: beberapa, berbagai, segenap.
6    Adverbia
Adverbia adalah kata yang member keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Dalam kalimat, adverbial dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau proposisi. Berdasarkan bentuknya, adverbial mempunyai,
1.Bentuk tunggal (monomofermis) : sangat, hanya, lebih, segera, agak, dan akan. Misalnya: Orang itu sangat bijaksana.
2.Bentuk jamak (polimofermis) : belum tentu, benar-benar, jangan-jangan, kerap kali, lebih-lebih, mau tidak mau, mula-mula. Misalnya: Mereka belum tentu pergi pada hari ini.
7    Interogativa
Interogativa berfungsi menggantikan sesuatu yang hendak diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan sesuatu yang telah diketahuinya. Contoh: apa, siapa, berapa, mana, yang mana, mengapa, dan kapan.
a.       Berapa uang yang kau perlukan?
b.      Yang mana rumah orang itu?
8    Demonstrativa
Demonstrative berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam atau di luar wacana. Sesuatu tersebut disebut anteseden. Contoh: ini, itu, di sini, di situ, berikut, dan begitu.
a.      Di sini, kita akan berkonsentrasi menghasilkan karya terbaik kita.
b.      Bukti ini merupakan indicator bahwa orang itu berniat baik.
9    Artikula
Artikula berfungsi untuk mendampingi nomina dan verba pasif. Contoh: si, sang, sri, para, kaum, dan umat.
a.      Si Kecil itu selalu datang merengek-rengek minta sesuatu.
b.      Sang penyelamat akan datang saat kita perlukan.
10 Preposisi
Preposisi adalah kata yang terletak di depan kata lain sehingga berbentuk frasa atau kelompok kata.
1.      Preposisi dasar: di, ke, dari, pada, demi, dan lain-lain
a.       Demi kemakmuran bangsa, mari kita tegakkan hokum dan keadilan.
2.      Preposisi turunan: di antara, di atas, ke dalam, kepada, dan lain-lain.
a.       Di antara calon peserta lomba terdapat nama seorang peserta yang sudah menjadi juara selama dua tahun.
11 Konjungsi
Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau kalimat yang satu dengan kalimat lain dalam suatu wacana. Konjungsi dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Konjungsi intrakalimat: agar, atau, dan, hingga, sedang, sehingga, serta, supaya, tetapi, dan sebagainya.
a. Ia belajar hingga larut malam.
b. Mereka bekerja keras sehingga berhasil mendapatkan cita-citanya.
2. Konjungsi ekstrakalimat: jadi, di samping itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, dengan demikian, walaupun demikian, akibatnya, tambahan pula, dan sebagainya.
a. Pengusaha itu kaya raya dan dermawan. Oleh karena itu, ia dihormati oleh tetangga di sekitar rumahnya.
b. Kualitas pendidikan kita tertinggal dari Negara maju. Oleh sebab itu, kita harus bekerja keras untuk mengejar ketinggalan ini.
12 Fatis
Fatis berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan. Jenis kata ini lazim digunakan dalam bidang dialog atau wawancara. Misalnya: ah, ayo, kok, mari, nah, dan yah.
a.       Kita memilikin kekayaan budaya. Ayo, kita tingkatkan produktivitas kita menjadi produk baru selera dunia.
b.      Nah, seruan itulah yang aku tunggu-tunggu.
13 Interjeksi
Interjeksi berfungsi untuk mengungkapan perasaan, terdiri atas dua jenis:
1.      Bentuk dasar: aduh, eh, idih, ih, wah, dan sebagainya.
Contoh: Aduh, mengapa Anda harus menghadapi masalah seberat itu.
2.      Bentuk turunan: alhamdulillah, astaga, brengsek, insya Allah, dan sebagainya.
Contoh: Alhamdulillah, ekonomi Negara kita berangsur-angsur membaik.
Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya: bayi sehat, pisang goreng,sangat enak, sudah lama sekali, dan dewan perwakilan rakyat. Klausa adalah kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpontensi menjadi kalimat, mislanya: mereka bicara, dosen mengajar, mereka bertanya, dan mereka tidak puas.
Frasa dapat dibeda-bedakan berdasarkan kelas katanya , yaitu: frasa ferbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa pronomi-nal, frasa adverbial, frasa numeralia, frasa koordinativa koordina-tif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional koordinatif. Perhatikan contoh-contoh sebagai berikut:

1 Frasa Verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja, terdiri atas 3 macam, yaitu:
(1)  Frasa verbal modifikatif (pewatas); terdiri atas
(a)    Pewatas belakang, misalnya: Ia bekerja keras sepanjang hari.
(b)   Pewatas depan, misalnya: Mereka dapat mengajukan kredit di BRI.
(2)   Frasa verbal koordinatif adalah dua verba yang disatukan dengan kata penghubung dan atau atau. Contoh: Mereka menangis dan meratapi nasibnya.
(3)   Farba verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan, misalnya: Pulogadung, tempat tinggalnya dulu, kini menjadi terminal modern.

2  Frasa Adjektval
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan, seperti: agak,dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat.
agak baik               harus baik       akan tenang                kurang pandai
amat pandai           lebih baik        belum baik                  paling tinggi
dapat palsu            selalu rajin
            Frasa adjektival mempunyai tiga jenis: (1) Frasa adjektival modifikatif (membatasi), misalnya: cantik sekali, indah nian, hebat benar; (2) Frasa adjektival koordinatif (mengabungkan), misalnya: tegap kekar, aman tentram,makmur dan sejahtera, aman sentausa; (3) Frasa adjektival apositif, misalnya:
(a)    Bima tokoh ksatria, gagah perkasa, dan suka menolong kaum yang lemah. Frasa apositif bersifat memberiakan keterangan tambahan Bima tokoh ksatria yang tampan merupakan unsur utama kalimat gagah perkasa merupakan keterangan tambahan. Frasa apositif terdapat dalam kalimat berikut ini.
(b)   Srikandi cantik, ayu rupawan, diperistri oleh Arjuna.
(c)    Skripsi yang berkualitas, terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh universitas.
3 Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda ke kiri dan ke kanan; ke kiri menggolongkan, misalnya: dua buah buku, seorang teman, beberapa butir telur, ke kanan sesudah kata (inti) berfungsi mewatasi (membatasi), misalnya: buku dua buah, teman seorang, telur beberapa butir.
(1)   Frasa nominal modifikatif (mewarisi), misalnya: rumah mungil, hari Minggu, buku dua buah, pemuda kampus, dan bulan pertama.
(2)   Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya: hak dan kewajiban, sandang oangan, dunia akhirat, lahir batin, serta adil dan makmur.
(3)   Frasa nominal apositif
(a)    Anton, mahasiswa teladan itu, kini menjadi dosen di universitasnya.
(b)   Burung cendrawasih, burung langka dari Irian itu, sudah hampir punah.
(c)    Ibu Megawati, presiden republik indonesia, berkenan memberikan sambutan dalam acara itu.
4 Frasa Adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya: sangat baik, kata baik merupakan inti dan sangat merupakan pewatas. Frasa adverbial yang termasuk jenis ini: agak besra, kurang pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga, dan dengan gelisah. Frasa adverbial yang bersifat koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya: lebih kurang, kata lebih tidak menerangkan kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.
5 Frasa Pronomial
Frasa Proniomial adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa ini terdiri atas tiga jenis: (1)modifikatif, misalnya: kami semua, kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka berdua, dan mereka itu.
(2) koordinatif, misalnya: engkau dan aku, kami dan mereka, serta saya dan dia,
(3) apositif:
(a)    Kami, bangsa Indonesia, menyatakan perang melawan korupsi.
(b)   Mahsiswa, para pemuda, siap menjadi pasukan anti korupsi.

6 Frassa Numerialia
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa jenis ini terdiri atas dua jenis, yaitu
1.      Modifikasi
-          Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
-          Orang itu menyumbang pembangunan jalan kampung dua juta rupiah.
2.      Koordinaasi
-          Lima atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu.
-          Entah tiga, entah empat kali saya makan obat hari itu.
7 Frasa Interogativa Koordinatif
Frasa interogativa Koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya.
1. Jawaban apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
2. Jawaban mengapa atau bagaimana merupakan penanda predikat.
8 Frasa Demonstrativa Koordinatif
Frasa ini dibntuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan.
-          Saya bekerja di sana atau sini sama saja.
-          Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah.
9 Frasa Proposisional Koordinatif
Frasa ini dibentuk dengan kata depan dan tidak saling menerangkan

Klausa
Klausa Kalimat Majemuk Setara
klausa adalah kelompok kata yang berpotensi menjadi kalimat. Dalam kalimat majemuk setara, setiap klausa mempunyai kedudukan yang sama namun tidak saling menerangkan. Kalimat majemuk setara dibangun dengan dua atau lebih klausa, misalnya:
Rima membaca Kompas, dan adiknya bermain catur.

Klausa Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya, misalnya:
Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia.

Klausa Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk Bertingkat
Gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih, misalnya:
Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.


Pengertian Kalimat Efektif

Pengertian Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi atau  maksud yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar lengkap dalam pikiran pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar/pembaca relative samaz dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis

Syarat-syarat kalimat efektif sebagai berikut:

1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

 Sampai disini dulu pembahasan kita tentang Kelas,Frasa Dan Klausa ya sobat..

Jenis kalimat dalam pendidikan kita sehari-hari


Jenis kalimat dalam pendidikan kita sehari-hari

Jenis kalimat dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok.
A.  Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga).
Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
-  Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
-  Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
B.  Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat Tunggal
Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
*  KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh:   Victoria bernyanyi
.                   S          P
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh:   Ika sangat rajin
.               S          P
* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh:  Masalahnya seribu satu.
.                    S             P
Kalimat tunggal  dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh :  Saya siswa kelas VI.
2.  Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh :  Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih.  Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin.
6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David Beckham.
10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah: Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
2.  Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas  3 jenis, yaitu:
2.1.  Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau serta.
Contoh:
-  Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan.
Contoh:
-  Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.
* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.
Contoh:
-  Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.
Contoh:
-  Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.
* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:
-  Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.
2.2  Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak
2.  Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
3.  Akibat: hingga, sehingga, maka
4.  Syarat: jika, asalkan, apabila
5.  Perlawanan: meskipun, walaupun
6.  Pengandaian: andaikata, seandainya
7.  Tujuan: agar, supaya, untukbiar
8.  Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolaholah
9.  Pembatasan: kecuali, selain
10.  Alat: dengan+ katabenda:  dengan tongkat
11.  Kesertaan: dengan+ orang
         Contoh: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat:  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
2.3  Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya.
Contoh: Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS:   Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC:  Kami berhenti karena hari sudah malam.
KMS:  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.
KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
 
C.  Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1.Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Macam-macam kalimat perintah :
* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !
* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
2.  Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam kalimat berita :
* Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
* Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
3.  Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh:
-  Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
4.  Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh:
-  Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
D. Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari  satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
-   Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
.           S               P                  K
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh: Selamat sore.
E.  Berdasarkan Susunan  S-P
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1.  Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:
Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.
.       S           P                          K
2.  Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
.            S                 P            O                     K
F.  Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1.  Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh;  Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:
-   Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
3. Kalimat Yang  Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri. Contoh: Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
G. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kaliamat Aktif
Kalimat aktif  adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang  tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya  pergi, tidur, mandi, dll  (kecuali makan dan minum). Contoh: Mereka akan berangkat besok pagi.
Kalimat aktif  dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.1  Kalimat Aktif  Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:    Eni mencuci piring.
.                 S        P         O1
1.2  Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak  dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
Mereka berangkat minggu depan.
.        S              P                   K
1.3  Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh:
Dian kehilangan pensil.
.      S          P            Pel.
2.  Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.1  Kalimat Pasif  Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:
Piring dicuci Eni.
.       S        P      O2
2.2  Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.
Contoh:
Ku pukul adik.
.   O2    P      S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1.  Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2.  Awalan me- diganti dengan di-.
3.  Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh :   -Bapak  memancing ikan. (aktif) - Ikan  dipancing oleh bapak. (pasif)
4.  Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh :   -Aku harus memngerjakan PR. (aktif) -PR harus kukerjakan. (pasif)

  Demikian tentang Jenis-jenis kalimat dalam pendidikan kita sehari-hari semoga bermanpaat...